Retorika adalah ilmu berbicara
mempengaruhi orang lain. Sains adalah ilmu untuk memformulasikan jawaban dari
kejadian-kejadian alam. Akan saya jelaskan mengapa kedua hal ini sering
dianggap tidak cocok satu sama lain. Mungkin anda bisa menduganya sekarang.
Retorika adalah ilmu untuk
mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain persuasi. Misalnya saja anda sendang
menginginkan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk anda, anda akan
menggunakan segala macam bahasa, gaya, gerak tubuh dan argumen untuk
mempengaruhi lawan bicara anda. Dalam retorika mungkin anda juga akan memakai
perumpamaan yang dilebih-lebihkan dan bahasa yang manis.
Pandangan ini tentu saja terasa
menjijikkan bagi penganut kesucian dan kebenaran objektivitas pengetahuan.
Bagaimana mungkin ilmu yang murni merupakan bentuk kejujuran suci dalam upaya
tulus dalam mengungkap misteri-misteri alam berhubungan dengan ilmu jilat-menjilat.
Bukankah itu semacam kemurtadan?
Sebenarnya ilmu sangat berkaitan
dengan retorika. Memang aneh, tapi kita sering mendengar para politikus
menggunakan berbagai argumen ilmu pengetahuan demi melancarkan pengaruhnya.
Misalnya menggunakan global warming sebagai isu. Belum lagi iklan-iklan produk
yang menggunakan gaya ilmu pengetahuan untuk menjual produknya. Di kalangan
ilmuwan kita bisa memberi contoh mereka yang harus berdesak-desakan untuk
mencari curahan dana dari para sponsor penelitian.
Jika mereka menggunakan berbagai
jargon tidak jelas, gagu dalam berbicara dan kering. Bagaimana para donatur
bisa tertarik, mungkin mengerti juga tidak. Berbeda dengan mereka yang
menjelaskan dengan baik dan memberi gambaran yang mudah. Mereka memerlukan
retorika. Apalagi jika harus bertemu dengan publik, mereka memerlukan ilmu
bahasa sendiri untuk menurunkan pengetahuan mereka dari menara gading ke suatu
komunitas yang tidak terlalu mendaki tinggi menara itu, atau mereka sibuk
dengan menara-menara mereka sendiri.
Sebenarnya peran Retorika dalam ilmu
pengetahuan jauh lebih mendasar. Ketika filsuf Ilmu Kuhn menggambarkan
perubahan dari Sains biasa ke Sains Revolusioner, dia menunjukkan mengenai
bagaimana perubahan paradigma adalah suatu yang menyakitkan. Ketika paradigma
lama tidak mewadahi lagi. Terjadi pergulatan di dalam komunitas elit para
ilmuwan, pertaruhan karier, putusnya pertemanan dan lain sebagainya. Di sinilah
Retorika berguna, kemampuan untuk persuasi – membujuk ke paradigma baru.
Keberadaan Retorika tak selamanya
buruk. Keberadaan metafora dan perumpamaan bisa memperkaya ilmu pengetahuan.
Membawanya turun dari menara gading dan membawa inspirasi baru dalam ilmu.
Tidak selamanya menjadi kebenaran dalam bahasa-bahasa kering..Siapa yang bisa
menjaminnya sebagai kebenaran? lagipula menjadi kering bukan berarti
menjadikannya benar.
Sumber Bacaan:
- http://www.suite101.com/content/beyond-logos-exploring-the-rhetoric-of-science-a355292
- http://www.suite101.com/content/thomas-kuhn-and-the-paradigm-shift-a355357
- http://www.pantaneto.co.uk/issue9/ryder.htm
0 komentar:
Posting Komentar